Khamis, 6 Januari 2011

Berbangga lah Siapa yg Bergelar GURU

Bismillahirrohmannirrohim
Syair/PUisi tentang “ ILMU “
Setiap langkah berpijak
Di situ telapak terbekas
Ibarat air mengalir mencari muara
Tiada lelah terbawa angin
Adanya, hidup tiada menjadi kelabu
Tidak... bukan materi yang sedikit banyak pergi
Bukan ilusi yang berimajinasi
Terjebak buasnya dunia fana
Ilmu adalah serangkaian makna tanpa batas

Satu rajut tangan lebih bermanfaat
Daripada setumpuk ucapan kosong yang buta
Ilmu, pendidikan lorongnya
Penuj liku dan duri satu  demi satu lalu pasti
Menanti mimpi, harapan pasti
Menyongsong senja pagi berseri
Keutamaan Menjadi Guru
          Nyanyian Umar Bakri, mengungkap sosok seorang guru/pendidik yang tabah dan tekun mendidik serta mengasuh muridnya, dengan penghasilan sekedar penyambung hidupnya. Orang ramaipun menyatakan bahwa guru adalah pahlawan, pejuang yang tulus ikhlas tanpa tanda jasa.
          Di hadapan Alloh SWT, guru adalah tergolong orang-orang karena iffahnya (memelihara diri dari minta-minta), lalu disangka kaya oleh orang-orang kurang perhatian (jahil), lantaran tidak sempat leluasa berniaga karena kesibukannya pada jalan Alloh SWT, yakni mengajar dan mendidik anak yang menjadi tanggung-jawabnya. {QS. Al-Baqarah (2): 273}.
          Diantara keutamaan menjadi guru/pendidik, adalah:
1)   Memiliki sifat iffah (memelihara diri dari minta-minta), yang dihargai dan dihormati kedudukannya oleh Alloh. Dan Alloh perintahkan kepada para aqniya (murid/masyarakat/pejabat) memberikan perhatian khusus kepada mereka. {QS. Al-Baqarah (2): 273}.
2)   Alloh SWT memberi balasan untuk guru/pendidik yang mendidik dan mengajarkan kebaikan atau pelajaran yang bermanfaat, sama seperti orang-orang yang melakukannya. Rasululloh SAW bersabda:                   “ Barangsiapa yang mengunjukkan/mengajarkan kebaikan, pahalanya sama dengan orang yang melakukan kebaikan itu “.                    (HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud dalam KitabFaidul Qadir, Juz. 6, Hal. 127, Penulis: Al-Imam Al-Manawy Rahimahulloh).
3)   Alloh SWT, para Malaikat, penghuni langit dan bumi bersholawat (mendo’akan) para pendidik yang mengajarkan kebaikan. Rasululloh SAW bersabda: “ Sesungguhnya Alloh, Malaikat-malaikat-Nya, penghuni langit dan penghuni bumi, hingga semut dalam lubangnya dan ikan dalam lautan, bersholawat (mendo’akan) para pendidik manusia kepada kebaikan “. (KitabMukhtarul Hasan Wasshahiih, Penulis: Abdul Baqi’ Shaqar, Hal. 380).
4)   Para guru dan pendidik senantiasa akan mendapatkan pahala dari Alloh sebagai imbalan dari hasil pendidikan dan pembinaannya, meskipun dia sudah mati/wafat. Rasululloh SAW bersabda:
“ Sesungguhnya dari antara amal dan kebaikan seorang Mukmin yang tetap dia peroleh pahalanya, walaupun dia sudah wafat, adalah: Ilmu yang diajarkan dan disebarluaskannya; anak yang shaleh yang ditinggalkannya; atau mushaf/pegangan misalkan buku-buku/                      al-qur’an/kitab-kitab yang ditinggalkannya; atau masjid yang dibangunnya; atau rumah untuk ibnus sabil yakni anak yatim piatu/panti jompo yang dibangunnya; atau saluran air yang dibuatnya; atau shadaqah yang dikeluarkannya dari harta kekayaannya pada waktu hidupnya (shadaqah jaariyah), itu semua dia akan mendapatkan pahalanya setelah dia wafat “. (HR. Ibnu Majah dan                 Al-Baihaqy dari Aba Hir dalam Kitab Mukhtarul Hasan Wasshahiih, Penulis: Abdul Baqi’ Shaqar, Hal. 381).
Sejalan hadist tersebut, Alloh SWT. Menegaskan dengan firman-Nya sebagai berikut: “ Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa saja mereka telah kerjakan, dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata “.{QS. Yaasiin (36): 12}.
Hubungan Profesi Guru dengan Dakwah
Perintah Dakwah dan Tabligh (Pengajaran), adalah merupakan perintah yang tidak hanya ditunjukan kepada para Nabi dan Rasul Alloh SWT, melainkan juga ditunjukan kepada segenap ummatnya, lebih-lebih para guru dan pendidik. Perintah Dakwah dan Tabligh, banyak kita jumpai dalam Al-Qur’an, antara lain:
1)   “ Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mau’izhah hasanah, dan bermujadah-lah dengan mereka dengan cara yang lebih baik,… “. {QS. An-Nahl (16): 125}.
2)   …” dan serulah kepada (agama) Rabbmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus “.                                        {QS. Al-Hajj (22): 67).
3)   … “ dan serulah mereka keapad (jalan) Rabbmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang musyrik “.
4)   “ Hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung “. {QS. Ali-Imran (3): 104}.
5)   “ Kamu adalah ummat yang terbai yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar “. {QS. Ali-Imran (3): 110}.
Guru dan Pendidik adalah Da’i dan Muballigh, yang mendakwahkan dan menyampaikan ilmu Alloh SWT, karena pada hakikatnya segenap ilmu baik dan berguna bagi manusia, adalah merupakan anugerah Alloh kepada manusia, untuk menunjang tugas dan fungsinya sebagai hamba Alloh dan Khalifah fil Ardh.
Guru/Pendidik yang berhasil mendidik dan mengarahkan anak didiknya ke jalan yang diridhai Alloh, sehingga menjadi seorang shaleh dan bahkan mampu mengembangkan dan menyebarluaskan ilmunya, dijanjikan oleh Rasululloh SAW dengan banyak balasan yang tak terhingga sebagai berikut: “ Barangsiapa yang membimbing/mendidik orang kepada petunjuk Alloh dan Rasul-Nya, niscaya dia mendapatkan pahala sejumlah pahala orang-orang yang mengikutinya, tidak akan dikurangi sedikitpun dari pahala mereka itu; dan barangsiapa yang mengajak/membimbing kepada kesesatan, niscaya ia mendapat dosa sejumlah dosa orang-orang yang mengikutinya, dengan tidak dikurangi sedikitpun dari dosa mereka                itu “. (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah dalam KitabMukhtashar Shahih Muslim, Penulis: Al-Imam Muslim, Hal: 492).
Sebagai Guru, Pendidik dan sekaligus sebagai Da’i, maka hendaklah memiliki akhlak dan sifat-sifat sebagai berikut:
a)   Senantiasa mengharap ridho Alloh, berbuat dan beramal dengan tulus ikhlas karena Alloh SWT.
b)   Berdaya ingat kuat, bijak, cerdas, berpandangan luas dan jauh kedepan, mampu menganalisir cepat dan tepat serta mampu menerapkan dengan baik.
c)   Penyantun, penuh kasih sayang, lemah lembut dan ramah.
d)   Bersahabat dan tidak kasar dan bengis/kejam.
e)   Berani dan sportif, tidak pengecut dan membabi buta.
f)      Shiddiq, benar dalam ucapan, sikap dan perbuatan, tepat dalam janji.
g)   Tawadhu’, tidak angkuh dan ‘ujub (membangakan diri).
h)   Pemaaf, menahan amarah dan berlaku ihsan.
i)     Memelihara sumpah setia.
j)     Sabar,  tabah dan ulet.
k)   Iffah dan kiram (menjaga kehormatan diri).
l)     Wara’ dan Qana’ah (Menjaga perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh dan merasa cukup dengan apa yang diperoleh).
m) Adil meskipun terhadap diri dan keluarga.
n)   Tidak mengungkit dan tidak sombong.
o)   Memelihara kemulian diri.
p)   Berlapang dada daan tidak ceroboh (‘ajalah).
q)   Bertekad bulat, berkeyakinan kuat dan tawakkal.
r)    Berpihak kepada yang benar dan memperjuangkannya.
s)   Sederhana, tidak berlebihan.
t)     Selalu optimis, tidak putus asa. (dikutip dari Agenda Dakwah/Agenda Mukmin, Terbitan: Qisty Saufa Abadi, Hal: 30-31 dengan perbaikan).
 “ Puisi Teruntuk Guruku “
Guru,
Engkau adalah pahlawan
Pahlawan tanpa tanda jasa
Yang tidak pernah lelah memberikan ilmumu
Terhadap murid-muridmu

Engkau selalu berjuang
Untuk mendidik kami
Mencerdaskan anak bangsa
Demi mencapai prestasi yang gemilang

Guru,
Tugas engkau sungguhlah mulia
Kami sungguh membutuhkan engkau
Karena tanpa engkau
Kami bukanlah apa-apa

Guru,
Terima kasih atas ilmu yang engkau berikan
Kami berjanji
Akan menjalankan amanat engkau
Untuk menjadi penerus bangsa dan agama
Yang unggul dalam segala bidang
Yang berpendidikan dan agamis/beriman…
Terima kasih guru atas
Ilmu yang kau berikan…
Semoga Alloh membalas segala jasa-jasamu
Yang tidak begitu terhingga.


T`hangat Buat kamu - GURU!!(guru berpolitik biar bersederhana)

MASIH dibelenggu isu lama, pembabitan guru dalam gelanggang politik mencetuskan pelbagai polemik di kalangan masyarakat meskipun kebenaran sudah diberikan kepada pegawai pendidikan perkhidmatan siswazah Gred DG41 hingga DG 48 sejak Ogos tahun lalu.
Kebenaran itu dianggap tidak adil, berat sebelah dan mencetuskan rasa tidak puas hati kerana hanya golongan tertentu saja dibenarkan sementara yang lain masih tertakluk pada larangan.

Menganggapnya sebagai diskriminasi, ada pihak mahukan kebenaran itu ditarik balik atau pun diperluaskan kepada semua peringkat tanpa prejudis.


   
  • FotoJANGAN CAMPUR ADUK...guru perlu rasional dan jangan mencampuradukkan urusan politik dan mempergunakan pelajar atau institusi sekolah bagi menjayakan misi peribadi. - Gambar hiasan
  • FotoADA PENYELESAIANNYA...jika ada yang tidak berpuas hati, ada jalan penyelesaiannya dan guru jangan mengambil tindakan sendiri sekali gus menggugat kredibiliti. - Gambar hiasan
  • FotoUSAH LUPA...tiada halangan guru terbabit dalam politik tetapi jangan sampai melupakan tanggungjawab.
Persoalannya, perlukah pegawai pendidikan yang masih berkhidmat terbabit dengan politik? Tidakkah ia boleh mengkucar-kacirkan tanggungjawab sebenar yang lebih penting daripada melunaskan kehendak individu dalam senario politik tanah air.

Pensyarah Pendidikan Sastera dan Sains dari Universiti Utara Malaysia (UUM), Dr Ishak Sin berkata kehendak dan kepentingan terbabit dalam arena politik bagi golongan tertentu perlu dilihat daripada pelbagai sudut keperluan.


Bagi golongan guru, tiada halangan asalkan tahu batasnya dan tidak melupakan tanggungjawab hakiki yang wajib dilaksanakan supaya pembabitan dalam politik tidak dipandang serong.



"Politik adalah subjektif, ada melihatnya sebagai wadah penyebaran pelbagai maklumat, ada pula sebagai ancaman dan sebagainya. Namun asalkan ia masih berada pada paksi yang bersih, tiada salahnya mengambil tahu atau membabitkan diri.

"Malangnya tindakan ekstrem, tidak bermoral dan di luar batasan penerimaan masyarakat hingga boleh menggugat keamanan. Itulah yang menjadikan politik dipandang serong hingga hanya membenarkan golongan tertentu saja diberi kebenaran.


"Pendapat saya, biar apapun latar belakang atau ruang pekerjaan, politik perlu dilihat sebagai wadah positif penjanaan kemakmuran negara pada masa depan selain elemen penting dalam pendidikan. Barulah boleh dikatakan semua pihak mampu menikmati apa itu politik," katanya.

Pembabitan guru dalam politik bukanlah baru kerana mereka adalah antara barisan hadapan dalam memberi sokongan terhadap perjuangan mencapai kemerdekaan negara. Bagaimanapun sejak 1980-an, guru tidak dibenarkan lagi aktif dengan alasan mereka golongan 'berbahaya' dan berpengaruh yang boleh mencetuskan huru-hara. Dr Ishak berkata pandangan politik yang sempit boleh mengundang padah dan inilah yang cuba dielakkan pihak berkuasa supaya tidak timbul masalah dengan mengenakan beberapa sekatan bagi kebaikan bersama.


"Golongan ini sangat berpengaruh, suara lantang mereka dipercayai hingga ditakuti mampu membangkitkan ideologi yang tidak sesuai dipraktikkan di kalangan masyarakat.


"Atas faktor itu, golongan guru dilarang menyertai politik. "Bagaimanapun tidak boleh menuding mereka sebagai pencetus utamanya, wujud juga faktor yang menyokong, cuma dari segi populariti, golongan itu mendahului.


"Bagi setiap golongan, politik dilihat dari sudut berbeza, justeru, ada pro dan kontra apabila guru dibenar terbabit. "Paling ditakuti, mereka melupakan terus tanggungjawab mendidik anak bangsa hingga menggagalkan misi pencarian ilmu pada landasan yang betul," katanya tidak menafikan adalah satu ketidakwajaran menyekat guru berpolitik kerana mereka sentiasa mahukan kejayaan untuk masyarakat mahupun negara. Guru adalah golongan idealisme yang tulus memastikan kejayaan setiap generasi, justeru, tidak salah diberi peluang meluahkan pendapat asalkan tidak menggugat keselamatan. Tidak perlu takut pada bayang-bayang.


Sumbangan atau pendapat guru perlu dilihat dari sudut positif terutama dalam memberi motivasi kepada pelajar mengenai semangat cintakan negara. Itu juga satu kaedah pembelajaran yang baik.


"Tidaklah nanti generasi muda hari ini menjadi jumud mengenai politik, senang diperkotak-katikkan atau tidak kisah langsung mengenai masa depan negara. Itu adalah kebaikan yang boleh diperoleh jika guru dibenarkan berinteraksi mengenai politik tanpa sekatan, " kata Dr Ishak.


Beliau menegaskan pembabitan itu biarlah bersederhana kerana ditakuti membawa kesan negatif jika dicampur aduk dengan tugas dan tanggungjawab. "Guru berpolitik pasti sibuk dengan kerja luar, secara tidak langsung menjejaskan sistem pendidikan dan pembelajaran, sekali gus memberi impak buruk kepada pelajar khususnya pencapaian pelajar.


"Malah, sikap cuba mencampuradukkan politik dengan mencetuskan isu sensitif wajar dielakkan. Politik adalah untuk melahirkan semangat cintakan negara, bukan memusnahkannya.


"Justeru berhati-hatilah. Tidak kira sama ada guru atau masyarakat, politik perlu dilihat sebagai platform mewujudkan pencapaian positif bukan sebaliknya. Kita sudah tentu tidak mahu, hanya kerana ingin menegakkan kefahaman masing - masing, mereka yang tidak berdosa menanggung akibatnya," katanya.

>INFO GURU yang ingin berpolitik perlu akur dengan Peraturan-Peraturan Pegawai Awam (Kelakuan dan Tatatertib) 1993 mengenai tatakelakuan yang berkaitan dengannya. Peraturan ini antaranya bertujuan mengawal pembabitan guru supaya tidak menjejaskan tugasan selain menjejaskan pencapaian pelajar di sekolah.

Guru Besar TaufiQ

Che'gu taufiQ sedang mengendali kelasnya dalam
aktiviti sukan di padang sekolah. Seperti biasa,
Che'gu TaufiQ akan menyuruh murid²nya melakukan
regangan otot. Tiba di satu bahagian, dimana
murid² baring dan mengankat kaki lalu
menggerakkannya seperti se
dang mengayuh
basikal.
Che'gu TaufiQ asyik memerhati seorang muridnya
yang pada mulanyamenggerakkan kakinya tiba²
memberhentikan kakinya. Lalu Che'gu
TaufiQ menyergah muridnya yang bernama Man
Tapah.
"Woiiii Man, apa sebab kau berhenti ni hah"
"Oh Che'gu TaufiQ, basikal saya tengah turun
bukit Che'gu,
sebab tu saya berhenti. Takkan nak kayuh jugak??



Kisah Nafsu Yang Degil Pada Perintah Allah.

Dalam sebuah kitab karangan 'Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyi, seorang ulama yang hidup dalam abad ke XIII Hijrah, menerangkan bahawa sesungguhnya Allah S.W.T telah menciptakan akal, maka Allah S.W.T telah berfirman yang bermaksud : "Wahai akal mengadaplah engkau." Maka akal pun mengadap kehadapan Allah S.W.T., kemudian Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Wahai akal berbaliklah engkau!", lalu akal pun berbalik.

Kemudian Allah S.W.T. berfirman lagi yang bermaksud : "Wahai akal! Siapakah aku?". Lalu akal pun berkata, "Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang daif dan lemah."

Lalu Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Wahai akal tidak Ku-ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau."

Setelah itu Allah S.W.T menciptakan nafsu, dan berfirman kepadanya yang bermaksud : "Wahai nafsu, mengadaplah kamu!". Nafsu tidak menjawab sebaliknya mendiamkan diri. Kemudian Allah S.W.T berfirman lagi yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau."

Setelah itu Allah S.W.T menyeksanya dengan neraka jahim selama 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya. Kemudian Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau."

Lalu Allah S.W.T menyeksa nafsu itu dalam neraka Juu' selama 100 tahun. Setelah dikeluarkan maka Allah S.W.T berfirman yang bermaksud: "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Akhirnya nafsu mengakui dengan berkata, " Aku adalah hamba-Mu dan Kamu adalah tuhanku."

Dalam kitab tersebut juga diterangkan bahawa dengan sebab itulah maka Allah S.W.T mewajibkan puasa.

Dalam kisah ini dapatlah kita mengetahui bahawa nafsu itu adalah sangat jahat oleh itu hendaklah kita mengawal nafsu itu, jangan biarkan nafsu itu mengawal kita, sebab kalau dia yang mengawal kita maka kita akan menjadi musnah.

Cikgu Hadi??

Seperti biasa, Che'gu Nasyor nie mengajar pelajar
di Sekolah Agama. Che'gu Nasyor mengajar budak tahun
satu. Pada haritersebut, beliau mengajar bab "cara
berwudhuk"Selepas mengajar, beliau (Che'gu) selalu
meminta muridnya bertanyakansoalan jika terdapat
kemusykilan.
Che'gu : Ada sesiapa hendak bertanyakan soalan?
Tiba² seorang anak muridnye mengangkat tangan, nama
murid tu adalah Man Tapah.
Man : Ada Che'gu. saya ada satu kemusykilan. Boleh tak
kita ambil wudhukdua kali?
Che'gu : Boleh, tapi kenapa sampai dua kali ambil
wudhuk?
Man : Saya ambil dua kali sebab kalau saya terkentut,
wudhuk lagi satu tu boleh buat spare part!
Che' u : Allahhuakbarr!!



RUKUN ISLAM

Asslamuaalaikum w.b.t hai! alhamdulillah besua lagi hari ni kita...

hari ni nak ceriter pasal rukun islam pulak...hari tu da cerita pasal rukun iman kan..

so..jom study sket..:)


soalan : sebutkan kelima-lima rukun islam yang wajib kita tahu??

jawapan : 1. Mengucap dua kalimah syahadah
               2. Menunaikan solat fardhu lima waktu sehari semalam.
               3. Mengeluarkan zakat
               4. Berpuasa di bulan ramdhan
               5. Menunaikan haji bagi yang berkemampuan

soalan : hurainnya??

jawapan : 1) Mengucap dua kalimah syahadah ialah suatu 
                     pengakuan kewujudan allah dan keesaanya dan 
                     suatu pengakuan tentang kerasulan nabi muhammad  
                     s.a.w
                2) Menunaikan solat fardhu lima waktu sehari semalam 
                    ialah ibadah yang mengandungi perkataan 
                    dan perbuatan yang di mulai dengan takbirratulihram 
                    dan berakhir dengan salam.   
                    (subuh,zohor,asar,maghrib dan isyak)
                3) Mengeluarkan zakat ialah mengeluarkan harta tertentu 
                   di beri kepada golongan tertentu dengan 
                   kadar tertentu dan sayart tertentu, (zakat fitrah dan 
                   zakat harta).
                4) Berpuasa di bulan ramadhan ialah menahan diri     
                   daripada lapar dan dahaga serta dariapada 
                    perkara yang boleh membatalkan puasa.. waktunya 
                    mula terbit fajar sampai terbenam        
                    matahari...
                5) Menunaikan ibadah haji pada yang berkemampuan 
                    ialah wajib ditunaikan kepada orang yang 
                    mampu walaupun sekali seumur hidup. mengikut 
                    syarat2 dan waktu tertentu.

okey alhamdulillah selesai sudah pembelajaran kita hari ini.
"pat2 siku lipat mari lah sama kita taat"
eh, ade ke pantun cam 2..ha xkesah la yang penting kita wajib melakukan rukun islam 2..ingat..
salam..:)

al-kisah..

Pada suatu hari Juha sedang duduk termenung di depan pintu rumahnya..dia merenung kepada seutas rantai emas di tangannya. Rantai emas tersebut adalah satu-satunya harta peninggalan orang tuanya yang masih ada. Kerana yang selainnya sudah habis di jual untuk membayar segala hutang-hutangnya. Sebab sebelum ini dia banyak berhutang setelahmana dia menanggung kerugian dalam berniaga.



Oleh kerana dia sekarang ini terlalu kesempitan harta, maka dia tidak bercadang untuk menjual rantai emas tersebut. Biarlah rantai tersebut di simpan buat selama-lamanya kerana ianya adalah satu-satunya harta peninggalan orang tuanya yang masih ada. Akhirnya dalam masa yang sama dia mengambil keputusan untuk bermusafir iaitu untuk membina hidup baru dengan azam baru. Tanpa berlengah terus dia bersiap sedia untuk memulakan permusafirannya kerana kebetulan dalam masa yang sama ada satu kabilah yang di pimpin oleh seorang saudagar yang terkenal akan berangkat pulang ke negaranya dengan barang dagangan serta hasil keuntungan yang banyak. Kabilah tersebut adalah dari negara jiran. Dia pergi berjumpa saudagar tersebut...lalu meminta untuk bekerja dengannya. Tanpa banyak bicara saudagar tersebut terus menerimanya menjadi salah seorang pekerjanya.



Pergilah dia bersama-sama dengan kabilah tersebut....sampai di negara tersebut dia pun terus bekerja dengan saudagar tersebut dengan penuh tekun dan bersungguh-sungguh sekali. Setelah agak lama dia bekerja si saudagar tadi melihat bahawa Juha adalah seorang pekerja yang baik...bagus...rajin lagi tekun. Maka tanpa banyak fikir dia memilih Juha untuk turut serta dengan kabilah yang bakal di hantarnya besok hari untuk pergi berniaga ke negara jiran.



Setelahmana Juha mendapat tahu bahawa dia terpilih untuk turut serta dengan kabilah tersebut....maka mulalah dia terfikir bahawa sudah pasti berbulan-bulan lamanya dia akan pergi....perjalanan pula memakan masa agak lama....jadi rantai emas satu-satunya peninggalan orang tuanya mesti di simpam baik-baik....dia tidak boleh untuk membawanya. Kerana mana tahu dalam perjalanan nanti kabilahnya akan di rompak.



Puas dia berfikir pada siapa hendak dia amanahkan rantai emas tersebut untuk di simpan. Sebab apa ! sebab dia orang baru di situ....dia baru tinggal di situ buat beberapa bulan saja...jadi dia belum kenal banyak orang. Akhirnya dia mengambil keputusan untuk meninggalkan kepada jiran sebelahnya....kerana dia melihat bahawa jiran sebelahnya boleh di percayai. Orangnya agak berumur, pemurah, baik hati, juga seorang peniaga yang terkenal di bandar tersebut.



Pada keesokan harinya sebelum bertolak....pagi-pagi lagi Juha telah pergi kerumah orang tua tersebut. Dia mengetuk pintu rumah...tidak lama kemudian pintu pun di buka dan keluarlah orang tua tadi dengan senyuman lebar. Tanpa banyak bicara Juha pun berkata :



"Wahai Tuan ! aku adalah jiran kamu dan aku adalah orang asing di sini. Baru beberapa bulan saja aku tinggal di sini. Jadi aku mahu bermusafir dengan kabilah saudagar si polan untuk berniaga ke negara jiran. Oleh kerana merasa bimbang jadi aku minta agar kamu sudi untuk menerima suatu amanah untuk kamu simpankan buat seketika. Bila pulang nanti aku akan ambil semula...barang tersebut ialah rantai emas ini !".



Juha pun mengeluarkan rantai tersebut dari poket jubahnya. Bila orang tua tadi terlihat rantai emas tersebut....matanya tidak berkelip-kelip.....tetapi untuk menyembunyikan perasaan tamaknya dia pun berkata demi menenangkan hati Juha :

"Wahai saudaraku ! sesungguh amanah adalah suatu yang besar lagi berat. Aku boleh menerimanya tetapi dengan syarat kalaulah berlaku apa-apa janganlah kamu menyalahkan aku. Sebab apa ! aku ni pun dah berumur dan uzur pulak tu....katalah di takdirkan Allah aku mati sedangkan kamu belum pulang-pulang lagi lebih-lebih pulak aku tidak ada waris untuk aku amanahkan rantai ini !".



Berkata Juha : "Wahai Tuan ! tidak mengapalah aku yakin bahawa kamu adalah seorang yang amanah. Seandainya berlaku yang sedemikian aku memaafkannya terlebih awal....walau bagaimanapun kamu cubalah cari sesiapa yang boleh menyimpan amanah ini sementara aku pulang semula nanti. Dan seandainya aku yang mati dulu sebelum kamu, maka aku berharap kamu dapat jualkan rantai emas ini dan duitnya kamu sedekahkah kepada fakir miskin juga sesiapa yang memerlukannya !. Rasanya kita tidak memerlukan sesiapa pun untuk menjadi saksi kerana Allah swt sudah cukup untuk menjadi saksi !".



Orang tua tadi pun setuju dengan apa yang di perkatakan oleh Juha.....di terimanya amanah tersebut. Lalu tanpa berlengah Juha pun terus meminta izin untuk pergi kerana kabilahnya sudah hampir mahu berangkat. Tidak lama kemudian berangkatlah Juha bersama-sama kabilah tersebut dengan hati penuh tenang....dengan penuh keyakinan terhadap orang tua tadi.



Permusafirannya memakan masa agak lama... berbulan-bulan lamanya. Selang beberapa bulan barulah Juha pulang berserta kabilah perniagaannya dengan membawa hasil keuntungan yang banyak. Sebelum pulang Juha sempat membeli satu hadiah untuk dia hadiahkan kepada orang tua yang menyimpan amanahnya tanda terima kasihnya. Sudah pastilah ianya juga adalah suatu hadiah yang juga berharga.



Bila sampai saja...tanpa berlengah terus Juha meminta izin untuk pergi kerumah orang tua tersebut. Oleh kerana terlalu gembira saudagar yang punya kabilah pun terus mengizinkannya. Juha terus berlari kerumah orang tua tersebut dengan hati penuh gembira...tidak sabar untuk melihat semula rantai emas peninggalan orang tuanya.



Sampai saja kerumah orang tua tersebut terus dia mengetuk pintu sambil memberi salam : "Assalamualaikum!" kemudian kedengaran suara menjawab dari dalam sambil lewa sahaja....mahu tak mahu seakan-akan tidak menghiraukan siapa yang memberi salam : "Waalaikumussalam !!".



Setelah agak lama menunggu barulah pintu di buka....tuan rumah membuka pintu untuk melihat siapa yang memberi salam tadi. Juha terus melemparkan senyuman manis kepada orang tua tersebut. Akan tetapi orang tua tersebut sama sekali tidak membalas senyuman Juha...seakan-akan dia tidak pernah mengenali Juha.



Walau bagaimana pun Juha terus menghulurkan bungkusan hadiah di tangannya kepada orang tua tersebut seraya berkata : "Aku harap kamu sudi menerima hadiahku ini sebagai tanda terima kasihku terhadap kamu. Kerana kamu sudi menerima amanahku...terima kasihlah kerana kamu sungguh baik hati !".



Akan tetapi orang tua tadi memberi isyarat seakan-akan dia tidak faham apa maksud kata-kata Juha....dia memberi isyarat seakan-akan dia sama sekali tidak mengenali Juha....lantas dia berkata : "Eh ! apa yang kamu katakan ini ! apa dia amanah yang kamu katakan itu ! dan aku tak pernah pun mengenali kamu !". Dengan serba salah Juha pun berkata : "Eh ! bukankah aku ada meminta kamu menyimpan rantai emas sebagai satu amanah pada kamu dulu !".



Dengan suara yang tinggi tiba-tiba orang tua tadi berkata sambil menudingkan jari kepada Juha : "Pergilah kamu dari sini ! aku rasa kamu ni gila ! aku tak pernah berkenalan dengan kamu langsung dan aku tidak ada menerima apa-apa amanah dari kamu !. Aku harap kamu boleh pergi segera sebelum aku memanggil pihak keselamatan untuk menangkap kamu !".



Seakan-akan mahu tercabut kepala Juha dari badan bila mendengar kata-kata si orang tua tadi. Dia cuba menenangkan orang tua tersebut....dia cuba menceritakan cerita sebenar, tetapi orang tua tadi menolak mentah-mentah....semuanya di nafikan dengan memaki serta menjerit-jerit ke muka Juha : "Pergi kamu dari sini ! aku tidak mahu tengok muka kamu!".



Tanpa banyak bicara terus Juha meninggalkan rumah orang tua tersebut dengan hati penuh tanda tanya... penuh kecewa...tidak tahu apa yang hendak di lakukan lagi. Lama dia duduk termenung di depan pintu rumahnya. Akhirnya dia mengambil keputusan untuk bertemu dengan Tuan Hakim lalu menceritakan apa yang sebenarnya berlaku.....di ceritakan tentang orang tua yang telah mengkhianatinya. Tetapi sebelum pergi kerumah Tuan Hakim hati kecilnya berkata :

"Apa pula yang akan dapat di lakukan oleh Tuan Hakim selagimana si orang tua itu tetap juga menafikan bahawa dia tidak ada menerimana apa-apa amanah dariku...lebih-lebih lagi aku tidak mempunyai bukti mahupun saksi !....mana mesti aku dapatkan bukti dan saksi sebab aku tidak ada menulis apa-apa tentang amanah tersebut !?".



Akan tetapi Juha sama sekali tidak berputus asa dan yang penting dia tidak mahu kehilangan satu-satunya harta peninggalan orang tuanya. Terus dia berfikir dan berfikir bagaimana untuk mendapatkan semula hartanya itu. Akhirnya dia mengambil keputusan untuk pergi bertemu terus dengan Tuan Gabenor bandar tersebut untuk mengadu hal. Tanpa berlengah terus dia pergi kerumah Tuan Gabenor. Sampai di depan pintu istana dia meminta izin untuk masuk...tetapi pengawal pintu tidak mengizinkannya selagimana dia tidak menceritakan apa sebab dia mahu bertemu Tuan Gabenor.



Juha pun menceritakan tujuannya dengan nada penuh sedih. Lalu pengawal pun berkata : "Baiklah ! kamu tunggu di sini sebentar...aku akan berjumpa Tuan Gabenor untuk meminta izin buat kamu masuk menemuinya !". Juha pun menunggu di pintu istana dengan penuh pengharapan. Tidak lama kemudian pengawal pun datang seraya berkata : "Ha ! masuklah Juha ! Tuan Gabenor telah mengizinkan kamu masuk !".



Dengan penuh gembira...tanpa berlengah terus Juha masuk ke dalam istana untuk bertemu Tuan Gabenor. Sampai di depan Tuan Gabenor terus Juha ceritakan apa yang sebenarnya berlaku...oleh kerana tidak tertahan kesedihannya Juha pun menangis semahu-mahunya. Simpati Tuan Gabenor di buatnya lantas beliau berkata : "Kenapa kamu tidak pergi terlebih dahulu kepada Tuan Hakim !?".



Jawab Juha : "Kerana aku tidak mempunyai apa-apa bukti ataupun saksi. Dan kerana aku katakan padanya bahawa saksi kita ialah Allah swt !". Mendengar yang demikian beliau pun berkata : "Kalau begitu ! aku pun tidak boleh untuk berbuat apa-apa....kamu tidak mempunyai apa-apa bukti. Kalaulah di bawa orang tua itu kesini sudah pasti dia akan menafikannya wahai Juha !".



Mereka semua menjadi buntu, suasana senyap seketika. Tiba-tiba Juha berkata : "Wahai Tuan Gabenor ! aku ada satu jalan...kalau berjaya jalan ini, maka akan jelaslah bahawa orang tua tersebut adalah seorang penipu dan suka mengkhianati amanah orang. Akan tetapi sekiranya perancangan aku ini tidak berjaya, maka janganlah kamu lakukan apa-apa kekerasan terhadap orang tua tersebut !".



Tuan Gabenor pun bersetuju untuk mendengarnya....Juha pun mulalah memberitahu tentang perancangannya satu persatu. Tuan Gabenor mendengarnya dengan teliti sekali. Beliau mendengarnya dengan begitu minat sekali sambil terdetik di dalam kepalanya : "Bahawa Juha ini seorang yang cerdik juga !". Akhirnya beliau pun bersetuju untuk melakukan seperti apa yang telah di sarankan oleh Juha demi memberi pengajaran kepada orang tua yang suka menipu tadi.



Pada keesokan paginya Juha terus membawa sebuah kerusi lalu di letakkan betul-betul di depan kedai kepunyaan orang tua tersebut....lalu dia pun duduk di atas kerusi tersebut...dia duduk dengan penuh ego dan sombong sekali. Lantas dia melemparkan pandangannya ke arah orang tua yang sedang duduk di dalam kedainya dengan pandangan sinis dan tajam seolah-olah sedang bermusuhan. Melihatkan yang demikian orang tua tadi pun merasa pelik...lama kelamaan dia mula naik marah. Oleh kerana tidak sabar dia terus bangun menuju ke arah Juha yang sedang duduk di depan kedainya. Juha tetap tenang dan tidak bergerak sama sekali, seakan-akan tidak memperdulikannya.



Bertambah marahlah si orang tua tadi....dengan kemarahan yang membuak dia terus menyentap leher baju Juha seraya berkata : "Eh ! kenapa kamu duduk di sini tanpa keizinan dariku....ini adalah kawasan kedaiku. Aku beri amaran sekiranya kamu tidak mahu pergi aku akan memanggil pihak keselamatan untuk menangkap kamu !".



Rupa-rupanya secara sepontan beberapa orang pengawal istana pun datang....mereka terus meleraikan pergaduhan tersebut. Orang tua tadi tidak berpuashati seraya berkata : "Orang ini duduk di depan kedaiku tanpa keizinanku, sudah begitu dia melihat ke arahku dengan penuh ego dan sombong sekali sedangkan aku tidak pernah mengenalinya !".



Serta-merta pengawal tersebut berkata dengan suara penuh lembut : "Tuan ! kawasan ini adalah jalan umum. Orang ramai berhak untuk berbuat apa saja...samaada mahu duduk...berdiri. Jadi Tuan yang mulia ini tak salah. Dia berhak duduk di sini walaupun kamu kata kawasan ini berada dalam hak kamu. Dia berhak walaupun kalau dia mahu duduk di atas kepala kamu sekalipun. Jadi adakah kamu faham wahai orang tua yang tak sedar diri !?".



Bentak si pengawal sambil mempersilakan Juha duduk semula ke atas kerusinya : "Silakan duduk Tuan! silakan!" lantas si pengawal tadi pun mengambil segelas air lalu di berikan kepada Juha sambil berkata : "Sila minum Tuan! Tuan kalau ada apa-apa kami semua sedia berkhidmat untuk Tuan!".



Semua itu terus di saksikan oleh orang tua tadi dengan penuh kehairanan...tetapi kemarahannya terus membuak. Dalam hatinya berkata : "Eh ! siapakah sebenarnya lelaki ini ! hinggakan pengawal istana pun begitu hormat sekali terhadapnya !?"..seakan-akan ada sesuatu yang dia tidak mengetahuinya.



Tidak lama kemudian kedengaran suara melaung : "Orang ramai ! beri laluan kerana kenderaan Tuan Gabenor mahu lalu !"....tahulah orang ramai bahawa Tuan Gabenor telah berbesar hati untuk meninjau keadaan di pasar....semua yang hadir berdiri memberi penghormatan. Kebetulan tempat Juha duduk itu adalah kawasan jalan umum yang bakal di lalui oleh kenderaan Tuan Gabenor. Orang tua tadi terus bergegas berdiri di depan kedainya memberi hormat. Tetapi yang pelik lagi ialah Juha sama sekali tidak bangun....bahkan dia terus duduk tenang seakan-akan tidak menghiraukan bahawa kenderaan Tuan Gabenor semakin menghampirinya.



Tidak lama kemudian sampailah kenderaan Tuan Gabenor di hadapan Juha....tiba-tiba berhenti kenderaan tersebut....lantas serta merta Tuan Gabenor turun dari kenderaan seraya berkata : "Wahai saudara ! mengapalah kamu tidak beritahu aku bahawa kamu datang kesini ! sudahlah begitu kamu tidak mahu berziarah ke istana pulak tu !. Sesungguhnya kami semua terlalu merindui kamu kerana sudah lama tak jumpa !".....Juha terus bangun lantas memeluk Tuan Gabenor dengan begitu mesra sekali.



Ini semakin menjadikan orang tua tadi kehairanan. Tahulah dia bahawa Juha bukan sebarang orang....dia dari kerabat Tuan Gabenor juga...mulalah dia merasa serba salah. Sebelum Tuan Gabenor beredar Juha berkata :

"Baiklah ! nanti aku akan pergi ke istana....sebab aku ada beberapa urusan yang mesti di selesai hari ini. Kalau tak selesai nanti aku beritahu kamu lah kerana sebenarnya aku tidak mahu menyusah-nyusahkan kamu dan aku yakin bahawa sudah pasti kamu akan dapat membantu aku. Nanti sajalah kita bertemu di istana... !". Tuan Gabenor pun memberi salam : "Assalamualaikum !"...jawab Juha : "Waalaikumussalam !".



Melihat yang demikian orang tua tadi hampir-hampir mahu pengsan, tahulah dia bahawa selama ini dia sengaja menempah bala. Dia telah bermusuhan dengan kerabat istana....dia tahu sendiri apa balasan yang sedang menunggunya. Tanpa banyak bicara terus dia berlari masuk ke dalam istana....di ambilnya rantai emas dari laci meja...lalu berlari semula keluar kedai menemui Juha sambil katanya dalam ketakutan : "Wahai Tuan ! ambil lah semua rantai emas yang kamu amanahkan kepadaku dulu. Aku minta maaf banyak-banyak !...aku berjanji tidak akan melakukannya lagi!" sambil dia mencium-cium tangan Juha.



Melihatkan yang demikian pengawal istana terus menangkap orang tua tersebut....jelaslah bahawa selama ini memang orang tua tersebut suka berbuat khianat kepada sesiapa yang ada memberi amanah kepadanya. Orang tua tersebut terus di bawah ke istana untuk di bicarakan... setelah mengaku bersalah Tuan gabenor pun mengambil keputusan supaya dia di penjara buat seketika untuk memberi pengajaran kepadanya. Sambil beliau berkata :



"Memang benarlah bahawa kamu ini adalah salah seorang yang telah di sabdakan oleh baginda Rasulullah saw dalam hadisnya yang berbunyi : "Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga : "Bila berkata-kata dia dusta, bila berjanji dia ingkari dan bila di beri amanah dia khianat !"...maka balasan untuk orang seperti kamu ini ialah penjara di dunia dan neraka di akhirat !".



Mendengar yang demikian orang tua tadi menjerit-jerit meminta maaf dari Juha dan juga dari Tuan Gabenor moga di ampunkan kesalahannya...dan dia benar-benar bertaubat : "Maafkanlah aku ! maafkanlah aku ! aku bertaubat dan aku berjanji tidak akan berlaku khianat lagi !".